Episode 8: DEXTER

Naik ke kelas 2 SMA, yeepe semua teman-teman X-3 akhirnya bisa naik kelas dan masuk ke jurusan masing-masing, ada IPA dan IPS, ga ada kelas bahasa di angkatan ku ini. Dan ya, kami masih suka berkumpul dan bermain berasma walaupun udah pisah kelas.

Ada 3 kelas IPA dan 1 kelas IPS di angkatan ke-6 ku ini, buat teman-teman X-3 yang masuk kelas IPA-1 adalah Zaki, Ai, Ferin, Ima, dan … eh cuman segitu ya dari X-3? Aku lupa (di kelas IPA-1 itu biasanya orangnya santai, tenang, euu apalagi ya, ya yang jelas banyak yang pendiam atau yaa kurang lebih memang ga banyak tingkah). Okay lalu di kelas IPA-2 ada Birry, Ilyas, Fedian, Ninis, Wanda, Ali, dan Naqi (rumornya kelas IPA-2 kelas untuk murid-murid yang nilainya benar-benar di atas rata-rata banget, ya katakanlah nilainya emang pada besar-besar). Lalu kelas IPA-3 ada fajar, Heri, Dira, Niekha, Rangga, Rifa, dan udah gitu aja haha (kelas ini biasanya kelas yang kocak-kocak, yang memang ga tau malu dan memang paling ramai banget apalagi muridnya paling banyak diantara kelas yang lain. Dan terakhir adalah kelas IPS ada aku, Adam, Adinda, Anisa, Diki, Hamzah, Fadli, Ugen, Iam, Fadhlan, Royan, Gea, dan Wangi. (ini bukan kelas buangan lho, mereka juga berpresetasi). Yang penting SEMUANYA NAIK KELAS dan jangan mempermasalahkan apa IPA atau IPS yang hebat dan keren, semuanya sama-sama bagus, pelajarannya aja yang beda lah haha.

Bandung, 2009

Kami sudah masuk ke kelas 2 SMA, memang tidak terasa waktu begitu cepat, program belajar masing-masing jurusan pun sudah dimulai, IPA dan IPS (sekolah kami belum memiliki jurusan Bahasa). Aku benar-benar merasakan ada perbedaan dengan aku yang di masa lalu, atau jangan terlalu jauh deh, perubahan aku pada saat kelas 1 dengan 2 saja sudah terasa bedanya. BERSYUKUR BANGET! Itu pun atas dukungan dari para guru dan teman-teman, khususnya mereka dari kelas X-3.

Di kelas IPS aku memang masih agak canggung, walaupun sebenarnya ga sedikit juga teman-teman X-3 yang masuk kelas IPS, aku canggung bukan karena aku masih malu-malu dan kesulitan untuk bersosialisasi, tapi mungkin lebih ke arah mata pelajarannya HAHAHAHA! Ga biasa teori dan ga biasa liat banyak tulisan apalagi sejarah. Pada saat aku kelas 1, aku memang lebih sering belajar IPA karena waktu itu berusaha masuk jurusan IPA agar bisa kuliah masuk jurusan Biologi. Takdir berkata lain, aku memang masuk jurusan IPS dan aku perlu menyesuaikan diri untuk belajar tanpa bimbingan Ilyas. Bahkan Birry si anak pendiam pun berkata, “Aku kangen suasananya X-3.” Padahal kami suka ribut lho Bir!

Perjuangan Ilyas selama mengajariku pada saat kelas 1 SMA memang tidak sia-sia lho, tidak hanya Ilyas, ilmu dan sikap yang aku pelajari dari Diki, Royan, Rifa, Wanda, Heri, Birry, dan teman-teman X-3 bisa aku terima dan aku gunakan di masa depan. Singkatnya, aku belajar ‘cara belajar dan mengajar dengan baik’ dari Ilyas, belajar bersosialisasi dari banyak orang sih, terutama Diki sebagai ketua, aku belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan teman, junior, maupun senior. Aku belajar dari Rifa adalah sifat kerja kerasnya dan sering berolahraga, itu pun membuat aku ga malu-malu buat olahraga sendirian. Belajar dari Wanda adalah sifat santainya, yang bisa tetap main game walaupun sedang berhadapan dengan ujian, ya katakanlah ngantur waktu dengan baik dan ga lupa buat mencari hiburan (refreshing) daripada sumpek belajar mulu. Heri dan Birry, selalu belajar di tempat sepi, sebenarnya ini aku lakukan juga, dan ini efektif untuk aku pribadi walaupun ga sering buat belajar di tempat sepi, aku bisa mengontrol diriku di tempat ramai juga kok. Royan? Aku belajar kesabaran hahaha, belajar caranya bercanda, dan menghibur teman-teman, walaupun mungkin ga sepenuhnya aku mengikuti caranya Royan, setidaknya belajar ga menyinggung orang dan belajar sabar dari perkataan orang.

Tidak hanya mereka yang aku sebutkan, ada banyak teman-teman Deotrix yang benar-benar aku pelajari dari mereka, bisa jadi belajar bahasanya, belajar sopan santunnya, belajar bergaulnya, dan sebagainya dari teman-teman X-3. Aku terus mencari tau gimana cara belajar yang efektif untuk aku sendiri, apakah sepi atau ramai banyak orang, ada musik, harus di taman, perlu ada cemilan, atau apa? Ada banyak pilihan dan tiap-tiap orang ada caranya sendiri, selagi masih muda, aku ga berhenti mencari cara untuk belajar yang efektif, dan masih banyak waktu.

Perkembangan di kelas IPS pun terus meningkat, setidaknya ga ada lagi kata REMED! Dan nilai dibawah rata-rata, aku ga malu kalau dulu aku ga begitu pintar, itulah kenapa aku juga bertekad untuk berubah. Ga disangka juga kalau ada beberapa orang yang kadang memintaku untuk mengajari mereka di kelas, walah aku ga biasa ngajarin orang toh! Pada saat aku sendirian atau lagi mencatat, biasanya ada beberapa temen di kelas IPS atau satu orang juga kadang menghampiriku untuk “Mau diajarin dong!” Oh aku memang agak sedikit terkejut, tapi aku bersyukur dan kalau aku masih paham pelajarannya ya aku coba ajarin juga perlahan-lahan. Kadang aku berkata, “Boleh, tapi aku belum paham banget.” Kalau orang itu masih maksa minta ajarin atau orang itu percaya sama kita buat ngajarin, ya kenapa aku tolak, ilmu sedikitpun setidaknya dibagikan, jangan punya ilmu untuk menjatuhkan orang lain. Kadang ada juga sih junior yang meminta ku untuk mengajari mereka, walaupun ga sepintar Nisa, Ugen, Iam, Royan, dan teman-teman di IPS.

Suatu hari, Diki, ketua kelas kami pada saat kelas 1, meminta untuk pindah jurusan yang sudah dipilih oleh guru, Diki yang sebelumnya masuk di kelas IPA kali ini meminta izin masuk jurusan IPS, alasannya saat kuliah nanti, Diki ingin masuk jurusan yang memang tidak akan jauh dari jurusan IPS, apabila Diki masuk jurusan IPA, agak sia-sia ilmu di IPS ga digunakan pada saat di kuliah. Memang resikonya Diki tertinggal banyak pelajaran.

Berbagai cara dilakukan oleh Diki, meminta ke guru dan Kepsek, akhirnya Diki dipindahkan ke kelas IPS. Di kelas IPS, ketua kelas kami kali ini Adam, Adam juga teman kami dari kelas X-3. Diki melihat perkembanganku sudah membaik, ini juga agak aneh, Diki sering mengunjungi rumahku untuk belajar, padahal Diki lebih pintar menurutku sih, tapi karena Diki masih baru di kelas IPS, ya jadi mau gamau aku ngajarin Diki di rumah dan juga memberikan catatanku selama di kelas untuk dicatat ulang oleh Diki.

dxonthings_01

Kelas X-3 memang kelas yang sering bermasalah, sering ribut, tapi lama-kelamaan jadi kompak dan AMAZING SEKALI hahaha *apasih*. Berbulan-bulan lamanya, X-3 menjadi kelas favorite guru-guru, sehingga semuanya juga setuju agar kekompakan dan kebersamaan di X-3 tidak lepas begitu saja pada saat kelas 2 SMA dan seterusnya.

Kebersamaan kami benar-benar menjadi semakin dekat, bahkan kami semakin lama bisa bekerja sama satu sama lain dan saling membantu. Apa yang terjadi disini? Aku juga bingung, apakah ini memang namanya takdir? Teman kami, Nika, dari Jakarta, memberikan kami nama DEXTER, sekian lamanya nama DEXTER menjadi viral, ga viral amat sih tapi ya jadi lebih dikenal di sekolah. Aku lupa kenapa namanya DEXTER, yang jelas DEXTER sudah menjadi ciri khas X-3 di sekolah. Bahkan beberapa guru juga memanggil kami DEXTER aduh hahaha lucunya.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑